Senin, 28 Desember 2009

tifoid

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI DAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR MATRIKS viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Umum 2
C. Tujuan Khusus 2
D. Metode Ilmiah Asuhan Keperawatan 3
E. Sistematikan Penulisan 3
F. Manfaat Penulisan 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS 5
A. Tinjauan Teoritis Demam Tifoid 5
1. Pengertian 5
2. Etiologi 6
3. Patofisiologi 7
4. Manefestasi klinik 9
5. Komplikasi 10
6. Pemeriksaan Penunjang 10
7. Penatalaksanaan Medis 11
B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Demam Tifoid 13
1. Pengkajian 13
2. Diagnosa Keperawatan 15
3. Perencanaan Keperawatan 17
4. Tindakan Intervensi 20
5. Evaluasi 21

BAB III HASIL ASUHAN KEPERAWATAN 22
A. Gambaran Kasus 22
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan 29
C. Rencana Asuhan Keperawatan 31
D. Implementasi 39
E. Evaluasi 51

BAB IV PENUTUP 62
A. Simpulan 62
B. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 6




BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Typhoid menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bagi dunia. Pada perbaikan sanitasi lingkungan di Amerika Serikat, insideni typhoid telah menurun secara bertahap. Dibanding tahun 1920 saat hampir 36.000 kasus ditemukan, angka tahun kini kira-kira 500 kasus. Lebih 80% kasus ini adalah kasus typhoid aktif, dan yang lain adalah karier konsolvalen. Data yang dikumpulkan oleh the Center For Disease Control and Prevention (CDC) memperlihatkan bahwa insidensi di Amerika Serikat menurun lima kali lipat dari tahun 1955 sampai tahun 1966. Pada saat bersamaan, perbandiangan infeksi terdapat diluar negri meningkat dari 33% pada tahun 1960-an menjadi lebih dari 60% pada tahun 1980-an dan berlanjut meningkat. Meksiko sumber utama orang Amerika, 39% kasus mulai dari tahun 1975 sampai tahun 1984, walaupun berisiko bagi pelancong yang pergi ke Peru, Chilie, India, dan Pakistan. Tempat penjangkitan utama typhoid adalah Alexandria, Mesir, Jakarta, Indonesia; dan Santiago, Chilie. ( Gerald T. Keusch: 755 )

Beberapa penyakit berbahaya dan masih menjadi maslah yang serius di Indonesia adalah tuberkulosis, tetanus, demam tifoid dan diare. Hal ini terjadi masih kurangnya kesadaran tentang sanitasi lingkungan dan gaya hidup sehat. Usaha pencegahan terhadap penyakit-penyakit tersebut sudah dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui kegiatan imunisasi terhadap balita, anak usia sekolah maupun pada orang dewasa. Namun demikian kasus yang terjadi masih cukup tinggi. Salah satu penyakit menular yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius adalah demam tifoid karena di Indonesia insiden demam tifoid berkisar antara 350-810 kasus per 100.000 penduduk pertahun dengan angka kematian 2% (Dep Kes RI, 1997).

Berdasarkan hasil laporan/pencatatan Rumah Sakit H. Damanhuri Barabai di Instalasi Rawat Inap (IRNA) ruang perawatan Zamrud pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007 yang menderita penyakit demam tifoid sebanyak 172 orang. Sementara kasus demam tifoid yang terjadi bulan Januari sampai dengan Oktuber 2008 sebanyak 162 (sumber: medical Record, Rumah Sakit H. Damanhuri Barabai).

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid, karena demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang serius dan memerlukan penanganan cepat dan tepat agar penderita cepat sembuh tidak terjadi komplikasi dan tidak menjadi karier. Oleh sebab itu pelayanan paripurna pada klien dengan demam tifoid dalam bentuk askep yang komprehensif perlu diterapkan agar nantinya klien dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal dan mandiri dalam mengatasi permasalahan serta memenuhi kebutuhannya, sehingga pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dapat terwujud,

B. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan laporan keperawatn ini unutk memberikn asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biopsikososil dan spiritual pada klien dengan demam tifoid yang dirawat di Ruang Perawatan Zamrud Rumah Sakit Umum Daerah H. Damanhuri Barabai dan unutk memenuhi salah satu syarat kelulusan ujian Program D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.

C. Tujuan Khusus

Tujuan khusus menulis laporan ini agar penulis dapat melakukan proses keperwatan, antara lain :
1. Melakukan pengkajan yang meliputi biopsikososial pada klien dengan
penyakit demam tifoid yang dirawat di Ruang Perawtan Zamrud Rumah
Sakit Umum Daerah H. Damanhuri Barabai.
2. Merumuskan diagnosa keperwatan yang muncul
3. Menentukan rencana keperawatan.
4. Mengimplementasi yang telah direncanakan sebelumnya.
5. Melakukan evaluasi dari hasil asuhan keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.


D. Metode Ilmiah Asuhan Keperawatan

Metode yang digunakan penulis adalah studi kasus yaitu untuk memperoleh data dengan pendekatan asuhan keperawatan langsung diruang perawatan, dengan menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang mencakup asuhan keperawatan biopsikososial dan spiritual dengan melibatkan klien, keluarga dan tim medis lainnya. Pendekatan proses keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian , perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, melaksanakan implementasi berdasarkan rencana yang telah ada, melakukan asuhan keperawatan yang diberikan.

E. Sistemtika Penulisan

Laporan penulisan ini terdiri dari empat bab : BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, metode ilmiah asuhan keperawatan, sistematika penulisan dan manfaat penulisan. BAB II Tinjauan teoritis demam tifoid, meliputi pengertian, eteologi, patofisiologi, manefestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan medis, tinjauan teoritis keperawatan demam tifoid meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan intervensi dan evaluasi. BAB III. Hasil asuhan keperawatan meliputi gambaran kasus, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi. BAB IV. Penutup meliputi simpulan dan saran


F. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan ini adalah :
1. Bagi klien diharapkan dapat meningkatkan kesehatan guna mencegah
terjadinya komplikasi dan serangan berulang.
2. Bagi pelayan kesehatan atau rumah sakit yaitu bagi perawat dapat
meningkatkan pengetahuan teori asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami demam tifoid sehingga mutu dari pelayanan dapat
terus ditingkatkan.
3. Bagi institusi pendidikan khususnya Mahasiswa dapat meningkatka
pengetahuan dan pelayanan kesehatan mengenai penyakit demam
tifoid.
















BAB II

TINJAUAN TEORITIS



A. Tinjauan Teoritis Demam Tifoid

1. Pengertian

Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang mempunyai gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosa sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian, hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpangalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam tifoid, sehingga banyak para ahli yang berpendapat dalam bukunya tentang pengertian penyakit demam tifoid yaitu antara lain :

Menurut Udijani Edi Parwito (2002: 1), demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada system retikuloendotelia yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum.

Menurut Arif Mansjoer (2001: 421), tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Typhi

Menurut Rampengan (1995: 46), demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan atau tanpa gangguan kesadaran.

Demam tifoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi.
(www.health.nsw.gov.au/publichealth/infectious/phus.asp. Tanggal 23.10.2008)

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi yang menyerang usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih.

2. Etiologi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygene dan sanitasi yang rendah merupakan suatu keadaan lingkungan yang mendukung berkembangbiaknya kuman salmonella typhi.

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi
( Lewis Sharon Mantik, 2001: 192 ).

Sumberlain mengatakan penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi yang ditemukan didalam tinja dan air kemih penderita.
(http//en.wikipedia.org/wiki/Typoid. Tanggal 23.10.2008)

Kuman salmonella typhi dapat bertahan hidup lama di lingkunagan kering dan beku, organisme ini juga mampu bertahan beberapa minggu didalam air, es, debu, sampah kering dan pakaian, mampu bertahan disampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan serta berkembang biak dalam susu, daging, dan telur.




3. Patofisiologi

Arif Mansjoer (2001:422), Salmonella typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ilium terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestianl, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain bisa dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati dan baigan-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

Menurut Udijani Edi Parwito (2002: 4), Infeksi didapat dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi, dan dapat juga dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja dan urine dari orang yang menderita tifoid. Dilambung organisme menemui suasana asam dengan PH rendah dimana kuman dimusnahkan dan sebagian masuk ke usus halus, di usus halus organisme ini dengan cepat menginvasi sel ipitel dan tinggal di lamina profia, selanjutnya sel yang sudah terinfeksi menjalar melalui nodus limfe interstinal regional dan duktus thorasikus menuju sistem sirkulasi sistemik dan menyebar serta menginfeksi Sistem Retikolo Endotelial di hati dan limpa. Secara patologis didapatkan infeltrasi sel mononuklear, hiperplasia dan nekrosis lokal di hepar, lien, sum-sum tulang, nodus peyer ileum terminal, jejunum dan kelenjar limfe mesentrik, hepar menjadi hiperemis, lunak, kekuningan dan sedikit membesar (hepatomegali), saluran empedo meradang memberikan gejala kolisistitis akut, splenomegali disebabkan karena pemebesaran yang bersifat lunak, kemerahan dan kongesti yang beriisi nodul tifoid.

Secara skematik patofisiologi demam tifoid adalah sebagai berikut :

Basil Salmonella Typhi
Vector Makan /minum yang terkontaminasi Host
(lalat, kecoa, dll) (carrier=pembawa kuman)

Tertelan


Sebagian dihancurkan oleh HCL dalam gaster



Timbul ulkus plqe peyers Sebagian masuk kejaringan limfoid
plaqe peyers ileum terminalis


Perdarahan usus

Sirkulasi darah

Perforasi usus

Duktus thorasikus

Peritonitis


Sirkulisi portal (hepar) Hepatomegali




Duktus sistikus (kandung empedu) Cholecystitis


Limfa/spleen Splenomegali
4. Manifestasi Klinik

Menurut Ngastiyah ( 1997: 237) masa tunas berlangsung 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selam masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak di badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang, menyusul gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah:
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua klien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah terutup selaput putih kotor (Coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran klien menurun walaupun tidak berapa lama, yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi stopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan raseola, kadang-kadang ditemukan bradicardia dan epistaksis.


5. Komplikasi

Menurut Rusesno Hassan (2002:595) dapat terjadi pada:
a. Usus halus.
Umunya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:
1) Perdarahan usus, bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja denganbenzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tandaa renjatan.
2) Perforasi usus timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu
dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak desertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat uadara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (Depans muscular) dan nyeri
pada tekanan.
b. Komplikasi di luar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) meningitis, kolistitis dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu Bronkopneumonia.
Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.


6. Pemeriksaan penunjang

Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam thyphoid. Bila tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uju widal empat kali lipat selama 2-3 minggu mamastikan diagnsis demam tifoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibodi O 1:320 atau titer antibodi H 1:640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa psien, uji widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.
(Arif Mansjoer, 2001:422)


7. Penatalaksanaan

Menurut Rampengan (1995: 58), penderita yang harus dirawat dengan diagnosis praduga demam tifoid harus dianggap dan dirawat sebagai penderita demam tifoid yang secara garis besar ada tiga bagian yaitu:
a. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat lima sampai tujuh hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam tifoid masa lampau. Mobilisasi dilakukan sewajarnya sesuai dengan situasi dan kondisi penderita. Pada penderita yang kesadarannya menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi. Tanda komplikasi yang lain termasuk buang air kecil dan buang air besar juga perlu mendapat perhatian. Mengenai lamanya perawatan di rumah sakit sampai saat ini masih bervariasi dan tidak ada keseragaman, sangat tergantung pada kondisi penderita serta adanya komplikasi selama penyakit berjalan.
b. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kekambuhan penderita. Banyak penderita tidak senang diet demikian karena tidak sesuai dengan selera dan ini mengakibatkan keadaan umum dan gizi penderita semakin mundur dan masa penyembuhan ini menjadi makin lama.

Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas maupun kuantitas ternyata dapat diberikan dengan aman. Kualitas makanan disesuaikan kebutuhan baik kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun meneralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulse, menghindari makanan yang iritatif sifatnya. Pada penderita dengan gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.

Ternyata pemberian makan padat dini banyak memberikan keuntungan seperti dapat menekan turunya berat badan selama perawatan, masa di rumah sakit sedikit diperpendek, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum, dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawtan.
c. Obat
Menurut Rampengan (1995: 60) demam tifoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%), sejak adanya obat anti mikroba terutama kloramfenicol maka angka kematian menurun secara drastis (1-4%).
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain:

1) Kloramfenikol
Dalam pemberikan kloramfenkol tidak terdapat keseragaman dosis, dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kg bb/hari serta untuk neonatus sebaiknya dihindarkan, bila terpaksa dosis tidak boleh melebihi 25mg/kg bb/hari.

2) Tiamfenikol
Denagan pemberian Tiamfenikol demam turun setelah lima
sampai enam hari , dosis oral yang dianjurkan 50-100mg/kg bb/hari
3) Cotrimoxazole
Dosis Oral 30-40mg/kg bb/hari dari sulfametoxazole dan 6-8mg/kg bb/hari untuk trimetoprim, diberikan dalam duakali pemberian.
4) Ampicillin dan Amoxicillin
Diberikan terutama pada kasus yang resisten terhadap kloramfenikol, dosis yang dianjurkan Ampicillin 100-200mg/kg bb/hari dan Amoxicillin 100mg/kg bb/hari.
Pengobatan demam tifoid yang mengunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan yang lebih baik bila diberikan obet tunggal.
5) Kortikosteroid
Hanya diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat menyebabkan perdarah usus dan relaps. Tetapi pada kasus berat maka penggunaan kortikosteroid secara bermakna menurunkan kematian.
Pilihan obat pertama pada penyakit demam tifoid yaitu Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Ofloxacin dan obat alternative yaitu, Ampicillin, Chloramphenicol (Copstead, 2001:170).


B. Tinjauan teoritis keperawatan demam tifoid
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data pada klien dan menganalisisnya sehingga dapat diketahui kebutuhan keperawatan tersebut, dalam pengkajian ini meliputi masalah secara keseluruhan yaitu biopsikososial dan spiritual. ( Carpenito Linda Jual, 1999: 48).
Pengkajian menurut Doengoes (1999: 476-485) adalah:

a. Aktifitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan
ansietas, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan
efek proses penyakit.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi (respon demam, proses imflamasi dan dan
nyeri), bradikardi relatif, hepotensi termasuk pastural,
kulit/membran mukosa; turgor buruk, kering, lidah kotor
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, gelisah, emosi, kesal: misal perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan.
Tanda : Menolak, perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : Diare/konstipasi.
Tanda : Menurunya bising usus/tak ada pristaltik, meningkat pada
konstipasi/adanya peristaltik.
e. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual dan muntah.
Tanda : penurunan lemak subkutan, kelemahan, tonos otot dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
f. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau
badan.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Hepatomegali, splenomegali, nyeri epigastrium.
Tanda : Nyeri tekan pada hipokondilum kanan atau epigastrium.
h. Keamanan
Gejala : Peningkatan suhu tubuh 38 C-40 C, penglihatan kabur,
gangguan mental delirium/psikosis.
i. Interaksi Sosial
Gejala : Menurunya hubungan dengan orang lain, berhubungan
dengan kondisi yang dialami.
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus.
Rencana Pemulangan : bantuan dengan program diet,
program aktivitas dan istirahat, dukungan
psikologi/program hidup bersih dan sehat.

Tidak ada komentar:

BAGIKAN KE Facebook