Rabu, 23 Desember 2009

GASTRO ENTERITIS


1. PENGERTIAN.

Gastroenteritis atau diare adalah peningkatan keenceran atau frekuensi dari pergerakan usus yang bersifat relatif pada setiap individu. Diare merupakan gejala dari proses penyakit dari saluran pencernaan dan intestinal ( green berg , 1988 : 112 ).
Menurut WHO diare adalah buang air besar atau defekasi dengan konsistensi cair lebih dari tiga kali sehari ( arif manjoer , 1999 : 501 ).
Menurut FKUI/RSCM bagian IKA diare adalah buang air besar yang tidak normal atau encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali sedangkan untuk bayi dan anak bila frekuensinya lebih dari tiga kali ( ilyas , 1952: 97 ).
Berdasarkan mulai dan lamanya Gastroenteritis terbagi dua yaitu :
a. diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa hari sampai 7 atau 14 hari .
b. diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu .

Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu 2 minggu ( ARIF MANJOER , 1999 : 500 ) .

2. ETIOLOGI.

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a. Faktor infeksi.

1. Infeksi internal yaitu infeksi pada saluran percernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak .meliputi infekkssi internal oleh bakteri,viiirus dan parasit.
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar dari saluran pencernaan makanan seperti tonsilitis dan bronkhopneumonia.

b. Faktor Malabsorbsi.

1. Mal absorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktose,maltose dan sukrose ), monosakarida ( intoleransi glukose ) pada bayi dan anak yang sering terjadi intoleransi laktose.
2. Maalabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan.
Makanan yang kadaluarsa,beracun dan adanya alergi terhadap makanan.
d. Faktor Psikologi.
Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada bayi dan balita tapi pada anak yang lebih besar banyak ditemukan kasus ini ).

3. PATOFISIOLOGI.

Biasanya peradangan terbatas pada lapisan mukosa, bila sering memakan atau mencerna salisilat/ alkohol dapat menyebabkan perdarahan lambung berasal dari korosi kapiler, Hal ini berakibat meningkatnya sekresi air dan garam kedalam lumen usus dan meningkatkan motilitas usus sehingga makanan tidak tercerna dalam jumlah yang besar dan dikeluarkan bersama cairan, hal ini menyebabkan tubuh kehilangan elektrolit sehingga terjadi dehidrasi dan bila tidak segera diatasi dapat menimbulkan syock hipovolemia sampai pada kematian.

Adapun biasanya mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah :
a. Gangguan osmotik.
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat dicerna atau diserap usus menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi.
Adanya rangsangan tertentu ( misal oleh toxin ) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan akhirnya timbul diare.
c. Gangguan Motilitas usus.
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare . Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya menimbulkan diare pula ( MORGAN , 1996 : 156 ) .

4. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Arif Manjoer , 1999 : 502 manifestasi klinik gastroenteritis pada anak adalah penderita dengan diare akut akibat infeksi akan mengalami nausea , muntah , nyeri perut sampai kejang perut , demam dan diare . Terjadinya renjatan Hipovolemik harus dihindari . Kekurangan cairan mengakibatkan penderita haus , lidah kering, tulang pipi menonjol , turgor kulit menurun serta suara serak . Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan cepat dan dalam ( pernapasan kusmaul ) .
Bila terjadi rejatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat ( > 120 x/menit , tekanan darah menurun sampai tak terukur . Penderita gelisah, muka pucat, ujung ektrimitas dingin dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung, perfusiginjal menurun sehingga terjadi anuria.
Bila penderita telah mengalami kekurangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak. Tingkatan dehidrasinya adalah :

a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan tubuh < 5 % atau rata-rata 25 ml/kh BB, penderita masih mau minum, kesadaran baik, nadi normal, rasa haus, ubun-ubun dan mata belum cekung, turgor kulit biasa dan kencing normal.
b . Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan tubuh > 5 – 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB, penderita gelisah, sangat haus, nadi agak cepat, pernapasan cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan turgor kurang.
c. Dehidrasi berat.
Kehilangan cairan tubuh > 10 – 15,5 % atau rata-rata 125 ml/kg BB, penderita apatis, denyut nadi cepat dan kecilo, tekanan darah menurun, anuria, pernapasan cepat dan dalam, turgor kulit sangat lambat, ubun-ubun dan mata cekung. ( Ngastiah, 1997 : 145 )

5. PEMERIKSAAN DIASNOGTIK.

Meliputi :
a. Riwayat alergi pada obat atau makanan.
b. Kultur tinja.
c. Pemeriksaan elektrolit, BUN, Creatinin dan glukose.
d. Pemeriksaan tinja, pH, Leukosit, glukose dan adanya darah

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dasar penatalaksanaan penderita Gastroenteris adalah :
a. Pemberian cairan
Menurut Ngastiah ( 1997 : 145 ) dalam pemberian cairan yang tepat perlu diperhatikan “ 4 J “ yaitu :
1). Jenis cairan
a) Cairan rehidrasi oral.
Cairan dehidrasi oral terbagi atas formula yang lengkap mengandung NaCl, KCL, NaCHO dan glukose yaitu oralit.
b) Cairan rehidrasi parenteral.
Jenis cairan rehidrasi parenteral digunakan untuk kasus diare akut dengan dehidrasi sedang dan berat yaitu Ringer laktat.
2). Jalan pemberian.
a. Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita yang belum jatuh dalam dehidrasi berat, masih mau minum, tidak menderita muntah hebat dan kesadarannya masih baik.
b. Cairan rehidrasi perenteral diberikan kepada penderita dehidrasi berat atau belum tetapi kesadarannya menurun, tidak dapat minum atau muntah-muntah hebat.

3). Jumlah cairan yang diberikan adalah :

a) Dehidrasi ringan, penggantinya 25-50 cc/kg BB/hari.
b) Dehidrasi sedang, penggantinya 50-10 cc/kg BB/hari.
c) Dehidrasi berat, penggantinya > 100 cc/kgBB/hari.

4). Jadwal pemberian.

Makin berat derajat dehidrasinya harus semakin cepat pemberian rehidrasinya terutama pada jam-jam pertama atau dehidrasi awal.

b. Pengobatan Diet.

Pada anak yang menderita Gastro Enteritis diberika diet susu (ASI) atau susu formula yang mengandung rendah laktose,asam lemak tak jenuh. Bila anaktodak maumakan atau minum susu beri makanan setengah padat ( bubur susu atau nasi tim ).

c. Obat-obatan.

Obat yang diberikan meliputi obat symtomatik maupun obat yang langsung mengatasi penyebab, yaitu Antiemetika ( Metoclopramide, Domperidon, Antispasmodik ( papaverine,ekstraxbeladona ), obat pengeras tinja ( kaolin ),Antipyretika ( parasetamol, acetaminofen) dan Antibiotika ( kotrimoksazol, kloramphenicol ). ( NGASTIAH, 1997 : 146 ).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

I will not concur on it. I over warm-hearted post. Particularly the title-deed attracted me to review the whole story.

Anonim mengatakan...

Amiable dispatch and this post helped me alot in my college assignement. Thank you seeking your information.

BAGIKAN KE Facebook